Belakangan ini banyak sekali  kejadian-kejadian di negara kita yang membuat saya merinding melihatnya.  Mulai dari tragedi Cikuesik sampai Temanggung, saya tidak akan membahas  masalah ini. Negara kita adalah negara yang mempunyai penganut Islam  terbesar di dunia. Seharusnya kita dapat memberikan contoh kepada negara  lain bagaimana membentuk sebuah masyarakat Islami yang menjunjung  tinggi nilai kemanusian dan ketuhanan.
Saya teringat ilustrasi masyarakat  Islami yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah diskusi agama  di kampus, ketika saya masih menjadi mahasiswa. Seorang mukmin menurut  Nabi harus hidup di tengah rekan-rekannya, ia memandang mereka tidak  sebagai orang asing, tetapi sebagai bagian dari dirinya. Ketika tingkah  laku orang lain membuatnya bahagia, maka ia harus menyadari dari hal ini  apa yang akan membuat orang lain bahagia, dan bertindak menurutnya.
Sebaliknya, ketika ia merasa tertekan  oleh tingkah laku orang lain, maka ia harus sadar betapa akan  terganggunya orang lain jika kita melakukan hal yang sama, oleh karena  itu ia berhati-hati untuk tidak memperlakukan orang lain demikian.  Perasaan bagi satu sama lain dalam setiap komunitas Muslim harus begitu  kuat sehingga keseluruhan kerangka sosial menjadi sebagaimana sebuah  tubuh yang satu, artinya ketika salah satu tubuh merasakan sakit, maka  bagian tubuh yang lain segera akan merasakannya juga. Dari sisi ini,  kesukaran yang dialami oleh seorang Muslim dengan cepat akan menjalar  pada Muslim yang lain yang mereka sendiri tidak akan merasakan tenang  hingga mereka melepaskan saudaranya dari kesukaran itu.
Setiap Muslim harus siap untuk menolong  satu sama lain pada saat dibutuhkan, seolah-olah mereka bertindak demi  kepentingannya sendiri. Misalnya, ketika seseorang melihat orang  terlantar dan miskin, maka ia harus berpikir seolah-olah ia sendiri,  bukan orang lain. Dengan adanya perasaan ini di dalam hati seseorang,  maka ia tidak dapat membiarkan begitu saja saudaranya berada dalam  kesukaran. Semua perbuatan seseorang harus dilakukan dengan semangat  kerendahan hati dan dengan kesadaran untuk berbuat adil bagi semua. Jika  itu terjadi tidak akan ada lagi sikap arogan, menegaskan keunggulan  seseorang atau bahkan merasa iri terhadap setiap orang yang lebih unggul  dalam hal-hal tertentu.
Jika hal itu telah menjadi sikap yang  menyeluruh, maka tidak ada seorang pun yang akan pernah berpikir boleh  menumpahkan darah muslim yang lain, tidak peduli betapa besar kesalahan  yang telah ditimbulkannya. Sebuah masyarakat dimana setiap orang berlaku  adil kepada yang lainnya, dan terus berharap kebaikan bagi yang lainnya  akan terikat menjadi sebuah kesatuan yang luar biasa. Semakin kuat  suasana saling berniat baik, maka semakin tinggi tingkat persatuan.
Jika kita umpamakan para anggota  masyarkat dari sebuah masyarakat Muslim sebagai batu-batu bata yang  menyusun sebuah bangunan yang kokoh, maka kita melihat bagaimana  tiap-tiap batu bata yang melekat kuat dengan batu bata yang lain.  Tiap-tiap batu bata mungkin merupakan sebuah entitas yang terpisah,  tetapi keterkaitannya dengan batu bata yang lain selalu dekat dan tidak  pernah berada dalam konflik, merupakan keterkaitan yang saling  membutuhkan dan harmoni. Inilah fungsi batu bata, tidak untuk  menghancurkan bagunan, tetapi untuk memperkokohnya. Ia tidak berusaha  untuk menentukan bangunan menurut gayanya sendiri, tetapi semata-mata  mengikutkan dirinya ke dalam bentuk apa pun yang akan menghasilkan  sebuah struktur yang kokoh dan tahan lama.
Apakah yang dibutuhkan agar masyarakat  Islami semacam itu dapat terwujud? Jawabannya sederhana, yaitu  orang-orang harus memiliki rasa takut kepada Tuhan. Rahasia dari seluruh  kebaikan di dunia ini adalah perasaan takut kepada Tuhan, sementara  ketiadaan perasaan takut ini menjadi akar dari seluruh kejelekan. Tidak  ada pengendali yang lebih baik atas tindakan individu selain kesadaran  bahwa Tuhan akan memanggilnya untuk dimintai pertanggungjawaban atas  amal perbuatannya. Ketika manusia hampir dikuasai sejumlah  insting-insting kebinatangan, atau ia merasa tergoda untuk menonjolkan  dirinya dengan mengorbankan kehormatan, harga diri dan kepentingan  personal orang lain. Hanya ada satu hal yag dapat mengendalikan  dorongan-dorongan semacam itu sehingga ia tidak keluar dari jalan  keadilan, yaitu keyakinan pasti bahwa segala persoalan akan dihakimi  Tuhan dan tidak ada seorang pun yang dapat lepas dari siksa akibat  perbuatan-perbuatan jeleknya.
Dalam rangka memperingati Maulud Nabi  Besar Muhammad SAW saya berharap kepada yang terhormat umat  Islam di Indonesia semua untuk selalu hidup rukun, untuk  menyudahi pertikaian yang pernah ada, bukan hak kita untuk mengatakan  seorang itu salah atau benar. Pertumpahan darah bukan jalan untuk  menyelesaikan masalah. Jangan gampang terhasut oleh pihak-pihak yang  berusaha untuk memecah belah persatuan, ingatlah selalu kepada Tuhan  Yang Maha Pengasih dan Penyayang hanya Dia yang berhak untuk mengadili  umatnya.


 
 
 
 
 
 
 
 

0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !