 
 Gambar diatas tidak ada hubungannya  dengan apa yang saya tulis nanti. Saya cuma suka gambar ini. Dari  kompas.com beberapa waktu yang lalu, saya membaca ada seorang bayi  laki-laki yang ditemukan di atas atap rumah di daerah Jawa Timur. Saya  jadi teringat akan sebuah cerita spiritual Rumi tentang bayi yang lagi  nongkrong di atas atap. Begini ceritanya, pada suatu hari seorang ibu  muda sedang sibuk bekerja di dapur saat bayi laki-lakinya, tanpa  sepengetahuan merangkak ke luar kamar dan entah bagaimana bisa memanjat  tangga yang mengarah ke atap rumah.
Ketika sang ibu mengetahui bahwa  putranya tidak ada, dia dengan panik berlari cepat ke arah tangga dan  melihat anaknya sedang bermain di atas dan berada di tepinya. Tetapi,  ketika sang ibu mendekatinya, si bayi mengira sang ibu mengajaknya  bermain, sehingga merangkak cepat makin ke pinggir atap. Bila dia  terjatuh, pastilah mati. Namun, ketika sang ibu berteriak pada anaknya,  si bayi malah menangis dan menolak untuk mendekat. Situasinya sungguh  mendebarkan.
Karena mendengar kegaduhan, para  tetangga berkumpul di rumah ibu tadi. Sebagian ada di atap bersama sang  ibu yang kebingungan, sebagian lagi ada di bawah tepian atap itu,  berharap mereka bisa menangkap si bayi bila dia terjatuh.
Tanpa sadar akan bahaya yang  mengintainya, si bayi terus bermain. Dalam keadaan penuh bahaya ini,  datanglah Imam Ali, dan secara alamiah sang ibu dengan cemas bergegeas  menemuinya. “Bayi lelakiku ada di atas atap, Pak” dia menjelaskan dengan  kalut, “Jika aku mendekatinya dia pikir aku sedang bermain dan dia lari  dariku. Dia pasti mati kalau terjatuh.”
Imam Ali mendengarkan dengan seksama  ucapan ibu yang putus asa itu. Namun, ketika beliau memberi tahu apa  yang harus dilakukannya, wajah sang ibu menjadi pucat ketakutan. Ucapan  sang imam pasti salah! “Aku yakin kau punya putra yang lain yang berumur  setahun lebih tua. Apa yang harus kau lakukan adalah menaikkannya ke  atas atap juga.”
“Tapi dia juga bisa mati terjatuh!”  protes sang ibu yang kalut itu. “Jangan buang-buang waktu,” jawab Imam  Ali. “Bayimu akan mati karena terjatuh bila kau tak bertindak cepat.  Kalau kau mau menyelematkan nyawanya, kau harus menaikkan putramu yang  lain ke atas atap.”
Apa yang bisa dilakukan perempuan malang  itu? Kini dia bergegas masuk ke rumah, mengambil anaknya yang lain, dan  memanjat tangga ke atap dimana dia dengan perlahan, dan dengan rada  enggan menaruhnya disana. Sang Imam bukanlah orang yang ceroboh,  reputasi kebijaksanaannya cukup masyhur. Tak lama kemudian, si bayi,  yang masih asyik di pinggiran atap, melihat abangnya dan mengenalinya,  lalu merangkak ke arahnya dan mengajaknya bermain secara lebih aman.
Dari kisah ini dapat dijelaskan  bahwa manusia, tanpa sadar akan keadaannya, dengan penuh resiko sedang  bermain-main di tepi kutukan dan api neraka. karena cinta-Nya pada  manusia, Tuhan mengirim seorang utusan bukan seorang malaikat, tapi  seorang manusia, yang mudah diakui dan dikenali, yang hidupnya, penuh  dengan kesempatan dan tantangan, akan menawarkan kepada kita segenap  ketentraman. Seorang manusia yang bisa menuntun kita dari tepi ke  tengah.

 
 
 
 
 
 
 
 

0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !